Dunia Olahraga – Raphinha, pemain Barcelona, secara terbuka membagikan pengalamannya menghadapi masalah kesehatan mental yang timbul akibat tekanan dalam dunia sepakbola. Menurutnya, meski sepakbola bisa menjadi impian banyak orang, profesi ini juga bisa merusak hidup seseorang.
Isu kesehatan mental di kalangan pesepakbola kini semakin banyak dibicarakan. Popularitas dan kekayaan yang mereka miliki tidak serta-merta membuat mereka kebal dari gangguan psikologis yang disebabkan oleh tekanan karier dan harapan yang dibebankan oleh berbagai pihak.
Nama-nama besar seperti Richarlison, Paul Pogba, dan Alvaro Morata sebelumnya sudah berbicara tentang perjuangan mereka melawan masalah mental. Kini, giliran Raphinha yang membagikan kisahnya.
Raphinha, yang kini berusia 27 tahun, mengakui bahwa ia pernah berada dalam kondisi depresi hingga membutuhkan bantuan profesional untuk kesehatan mentalnya.
“Jika Anda ingin mengejar karier di sepakbola, Anda harus terus berjuang dan tidak menyerah. Saya sendiri sering berada di ambang menyerah, meninggalkan sepakbola dan mencari jalan hidup lain,” ungkap Raphinha seperti dikutip dari Football Espana.
“Sepakbola adalah profesi yang bisa menghancurkan Anda. Ada saat-saat di mana saya pulang ke rumah dan merasa tidak yakin apakah saya masih ingin bangun pagi untuk berlatih lagi,” lanjutnya.
“Saya sering menangis, bahkan di sini, di Barcelona. Saya menjalani terapi psikologis karena saya menyadari betapa pentingnya itu bagi semua orang, termasuk saya sendiri.
“Sepakbola bisa sangat menghancurkan. Sangat mudah untuk jatuh ke dalam depresi dan meninggalkan semuanya,” ujar Raphinha dengan tegas.