September 19, 2024

Sade Village, yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, adalah desa tradisional yang masih menjaga adat istiadat dan budaya asli Suku Sasak, penduduk asli Lombok. Desa ini telah menjadi salah satu destinasi wisata budaya populer karena keunikan arsitektur, tradisi, serta gaya hidup masyarakatnya yang masih kental dengan nuansa masa lampau.

Sejarah dan Kehidupan Suku Sasak

Sade Village telah ada selama ratusan tahun dan menjadi tempat tinggal masyarakat Suku Sasak, yang secara turun-temurun mempertahankan tradisi dan adat mereka. Kehidupan masyarakat desa ini hampir tidak tersentuh modernisasi, dan mereka terus menjaga tradisi leluhur mereka, termasuk dalam cara hidup, berpakaian, serta upacara-upacara adat.

Suku Sasak dikenal dengan kepercayaan yang merupakan perpaduan antara agama Islam dan animisme, yang disebut Wetu Telu. Meskipun sebagian besar masyarakat sekarang sudah memeluk Islam sepenuhnya, beberapa aspek tradisi Wetu Telu masih terlihat dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Arsitektur Rumah Tradisional Sade

Salah satu daya tarik utama dari Desa Sade adalah rumah-rumah tradisionalnya yang disebut Bale Tani. Rumah-rumah ini terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, dan alang-alang. Atapnya menggunakan jerami, sedangkan dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Lantai rumah Bale Tani unik karena dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau untuk menjaga lantai tetap keras dan tahan lama.

Rumah-rumah di Sade memiliki desain yang sederhana namun penuh makna filosofis. Setiap bagian rumah melambangkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Sasak, seperti kesederhanaan, keharmonisan dengan alam, dan penghormatan terhadap leluhur.

Tradisi dan Kesenian Sade

Desa Sade juga terkenal dengan tradisi tenun ikatnya yang disebut Songket Sasak. Kain tenun ini dibuat secara manual oleh para wanita desa menggunakan alat tenun tradisional. Proses pembuatan kain songket ini sangat kompleks dan memerlukan keterampilan tinggi, sehingga hasil akhirnya memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi. Songket Sasak sering digunakan dalam upacara-upacara adat dan sebagai pakaian kebanggaan masyarakat Sade.

Selain itu, tarian Presean juga merupakan bagian penting dari kesenian Sade. Presean adalah tarian perang yang dilakukan oleh dua pria yang menggunakan rotan sebagai senjata dan perisai dari kulit kerbau. Tarian ini melambangkan keberanian dan kekuatan, serta dilakukan dalam upacara-upacara adat untuk memohon hujan atau meminta keberkahan.

Kehidupan Sehari-Hari dan Interaksi dengan Wisatawan

Meski Desa Sade sering dikunjungi wisatawan, penduduk desa tetap menjalani kehidupan mereka seperti biasa. Mereka bersahabat dan sering mengajak pengunjung untuk melihat lebih dekat gaya hidup tradisional mereka. Pengunjung dapat belajar cara membuat kain tenun, melihat proses memasak menggunakan peralatan sederhana, atau bahkan berpartisipasi dalam beberapa kegiatan adat desa.

Desa ini juga merupakan tempat yang tepat untuk belajar tentang sasak marriage ceremony, yaitu upacara pernikahan adat Suku Sasak yang memiliki ritual unik. Salah satu tradisinya adalah “Merariq” atau penculikan pengantin wanita sebagai simbol cinta dan keberanian pria dalam membangun rumah tangga.

Menjaga Tradisi di Tengah Perubahan

Meskipun pariwisata terus berkembang, masyarakat Desa Sade sangat menjaga kelestarian tradisi dan budaya mereka. Mereka memahami bahwa daya tarik desa ini adalah keunikan budaya mereka, dan oleh karena itu, upaya-upaya pelestarian budaya terus dilakukan dengan dukungan dari pemerintah setempat dan berbagai pihak.

Namun, modernisasi juga mulai merambah, terutama di kalangan generasi muda yang semakin banyak mengadopsi teknologi dan pengaruh luar. Tantangan terbesar bagi masyarakat Desa Sade adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara menjaga tradisi dengan mengikuti perkembangan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *